Blogger templates

Kamis, 09 Januari 2014

Teknik Konfrontasi



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Teknik Konfrontasi (pertentangan)
Konfrontasi adalah keterampilan atau teknik yang digunakan oleh konselor yang menantang konseli karena adanya ketidaksesuaian yang terlihat dalam pernyataan dan tingkah laku konseli, terjadi inkonsistensi antara perkataan dan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya. Konfrontasi ini sifatnya membantu klien, bukan dimaksudkan untuk menyerang klien tetapi hanya dibatasi pada komentar-komentar khusus terhadap perilaku klien yang tidak konsisten. Faktor penting dalam konfrontasi adalah ketepatan waktu penyampaian dan sifatnya yang non-judgemental, sehingga klien mampu menginterpretasikan komentar yang disampaikan itu untuk “melihat kembali dirinya”.
Ketidaksesuaian itu terjadi:
1.        Antara dua pernyataan
Klien mengatakan dia sangat memperhatikan pacarnya tapi dalam pernyataan lain dia malas menghubungi.
2.        Antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan
Klien mengatakan bahwa dia sangat minat mengambil tes pegawai, tapi dia tidak datang ke tempat tes tersebut.
3.        Antara pernyataan dengan tingkah laku non verbal
Klien mengatakan bahwa dia sangat senang bertemu pacarnya tapi sewaktu bercerita raut wajahnya sedih.
4.        Antara dua tingkah laku non verbal
Kaki gemetar sedangkan bibir tersenyum.
B.       Tujuan Teknik Konfrontasi
Teknik konfrontasi mempunyai beberapa tujuan antara lain:
1.        Mendorong klien mengadakan penelitian diri secara jujur.
2.        Membantu konseli menjadi lebih baik menyadari kesenjangan atau ketidakselarasan di dalam pemikiran, perasaan dan perilaku.
3.        Membuat konseli agar memiliki cara pandang yang baru yang mengarah pada tingkah laku baru.

C.       Yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Teknik Konfrontasi
Dalam konfrontasi harus memperhatikan beberapa hal agar proses konseling tetap berjalan dengan efektif, meliputi:
1.        Adanya kesenjangan yang diungkapkan konseli.
2.        Konselor  telah memahami masalah konseli secara mendalam.
3.        Telah terbina keakraban antara konselor dan konseli secara mendalam.
4.        Bertujuan meredakan ketegangan yang ada dalam batin konseli.
5.        Mendorong konseli mengadakan penelitian secara jujur.
6.        Meningkatkan potensi konseli.
7.        Membawa konseli pada kesadaran adanya diskrepansi, konflik atau kontradiksi dalam dirinya.
8.        Meningkatkan potensi konseli.
9.        Membawa konseli pada kesadaran adanya diskrepansi, konflik atau kontradiksi dalam dirinya.
10.    Disampaikan dengan bahasa yang lugas; ringkas, tepat, jelas, dan mudah dipahami konseli.
11.    Tidak menyalahkan atau menilai, disertai perilaku attending, disampaikan pada waktu yang tepat.
D.      Contoh Penggunaan Teknik Konfrontasi yang Baik
Dibawah ini ada beberapa contoh penggunaan konfrontasi yang baik:
1.        Kontradiksi antara isi pernyataan dengan cara ia menyampaikannya
Contoh 1:
Konselor: “Apa kabarnya hari ini?”
Klien: “Oh (nada datar) dalam keadaan baik-baik saja pak…” (suara rendah, posisi tubuh agak gelisah).
Konselor: “Anda katakan anda baik-baik saja, tetapi anda kelihatan seperti ada sesuatu yang kurang beres”.

Contoh 2:
Klien: “Saya kemarin menjadi juara kelas pak, dan saya sangat senang karena orang tua memberi saya hadiah”.
Konselor: “Soni, anda tadi mengatakan anda senang sekali mendapatkan hadiah itu, tapi muka anda pucat. Apakah ini menandakan kalau anda kurang senang atas pemberian hadiah tersebut?”
Contoh 3:
Klien: “Saya baru saja putus dengan pacar saya pak. Saya berusaha rela dia meninggalkan saya”.
Konselor: “Santi, di tengah-tengah perkataan tadi bahwa anda rela ditinggal pacar, anda juga berlinang air mata. Apakah ini berarti anda kurang rela melepaskan pacar anda?
2.        Inkonsistensi antara dua hal yang merupakan isi ucapan klien.
Contoh:
Klien: “Bagi saya membicarakan setiap masalah kepada sahabat bukan merupakan hal yang penting pak.”
Konselor: “Anda katakan bahwa nyatanya hal itu tidak penting bagi anda, tetapi pada pertemuan yang lalu anda mengatakannya penting”.
3.        Inkonsistensi antara apa yang ia inginkan dan apa yang nyatanya sedang ia lakukan
Contoh:
Klien: “Pak tolong langsung beritahu saya apa yang harus saya lakukan tidak usah terlalu bertele-tele.”
Konselor: “Anda katakan bahwa bertele-tele adalah suatu problem bagi anda. Anda ingin langsung ke pokok bahasan. Tetapi saya tidak dapat menolong untuk memberitahukan anda jika anda terus menerus bertele-tele dalam sesi ini disini dari tadi.
E.       Kelebihan dan Kelemahan Teknik Konfrontasi
1.        Kelebihan
a.         Penerapan teknik sangat mudah sekali di aplikasikan dalam konseling.
b.        Konselor dapat mengetahui perasaan konseli yang sebenarnya.
c.         Konselor dapat mengukur keberhasilan konseling.
d.        Konselor dapat mengetahui kejujuran konseli.
e.         Konseli dapat menyadari perasaan konseli yang sebenarnya.
f.         Konseli dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan kemampuan konseli setelah konselor melakukan teknik konfrontasi.

2.        Kelemahan
a.         Konselor sering terjebak dengan emosinya saat melakukan pertanyaan konfrontasi karena mekanisme pertahanan diri konseli yang kuat sehingga menyakitkan hati konseli. Seperti kata-kata atau penekanan suara yang membuat konseli merasa segan untuk bercerita kembali dari masalahnya.


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Berdasar materi yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa konfrontasi adalah teknik yang digunakan oleh konselor dalam menantang konseli karena adanya ketidaksesuaian yang terlihat dalam pernyataan dan tingkah laku konseli, terjadi inkonsistensi antara perkataan dan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya. Teknik konfrontasi sangat baik di lakukan konselor kepada konseli guna menyadarkan konseli dari pertentangan antara perkataan verbal dan sikap non verbalnya ketika konseli mengutarakan perasaannya dengan tetap memperhatikan hal-hal yang menjadi etika dalam teknik konfrontasi.
B.       Saran
Sebagai calon konselor kita harus dapat memahami dengan pasti teknik konfrontasi kapan harus dilakukan dan dengan cara bagaimana agar ketika mengkonfrontasi konseli tidak merasa disalahkan atau dipojokkan.









DAFTAR PUSTAKA
Supriyono dan Mulawarman. 2006. Ketrampilan Dasar Konseling. Unnes: FIP
Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual. Bandung: Alfabeta
       versi doc.pdf diakses 10 Nopember 2013 pukul 09.30 wib
diakses 10 Nopember 2013 pukul 09.30 wib

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More