Blogger templates

Jumat, 10 Januari 2014

Materi TIK all

tik dalam pembelajaran moderen bk ppt disini

analisis  swot tik dalam bk ppt disini

teknologi informasi dan komunikasi ppt disini 

komponen - komponen dan data komputer ppt disini 

pengkajian dan pembahasan tentang program pemerintah dan swasta dalam implementasi tik untuk bk ppt disini

peran dan manfaat tik disini

TIK dalam Pembelajaran Modern BK ppt





PPT download - disini

Kamis, 09 Januari 2014

My Profile

Hallo Everybody.. Perkenalkan saya Rizki Nur Amalia. Panggil saja Riris. Saya lahir di Pemalang, 8 Maret 1994. Sekarang ini saya sedang kuliah di jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang. Kegiatan yang paling menyenangkan itu travelling sekaligus hunting. Ah rasanya tak ada beban jika sudah melakukan hobi yang satu itu. Saya juga menyukai film bergendre romantis, humor, dan horor. Oke sekian profil singkat mengenai saya..

Aplikasi Lapangan Kerja Konseling



APLIKASI LAPANGAN KERJA KONSELING

A.          Konseling Pranikah
Konseling pranikah merupakan prosedur pelatihan berbasis pengetahuan dan keterampilan yang menyediakan informasi mengenai pernikahan yang dapat  bermanfaat untuk mempertahankan dan meningkatkan hubungan pasangan yang akan menikah. Konseling pranikah juga disebut dengan nama program persiapan pernikahan, pendidikan pranikah, konseling edukatif pranikah, dan terapi pranikah. Konseling pranikah diberikan oleh psikolog atau konselor pernikahan.
1.            Tujuan Konseling Pranikah
Dalam konseling pranikah konselor dapat membantu klien dalam memecahkan masalah-masalah seperti:
·               Pemilihan pasangan secara tepat
·               Mengembangkan pandangan yang lebih matang terhadap cinta dan sikap seksual.
·           Memperjelas harapan-harapan calon suami istri pada pernikahannya dan memperkuat hubungan sebelum menikah
·               Persiapan psikologis dalam memasuki kehidupan perkawinan.
·               Membekali pasangan dengan kesadaran akan masalah potensial yang dapat terjadi setelah menikah

2.            Materi Konseling Pranikah
Materi dalam konseling pranikah antara lain:
·               Memberikan informasi mengenai kehidupan pernikahan kepada pasangan
·               Meningkatkan kemampuan komunikasi pasangan
·               Mengembangkan keterampilan menyelesaikan konflik
·             Memberi kesempatan pada pasangan untuk mendiskusikan mengenai topik tertentu yang sensitif, seperti mengenai peran dan tanggung jawab suami-istri, seks, keuangan, dan hubungan dengan mertua.

B.           Konseling Pernikahan
Konseling pernikahan merupakan usaha untuk membantu suami istri dalam hubungan pernikahan mereka. Terapi dalam bidang pernikahan merupakan suatu proses bantuan yang bersifat professional dan interdisipliner, di mana berbagai ahli seperti psikiater, psikologis, dokter, pekerja sosial, ahli hukum, dan sebagainya bekerja sama secara intensif untuk membantu pasangan individu untuk memperoleh penyesuaian yang sehat dalam kehidupan pernikahan.
Perbedaan konseling pernikahan dengan tipe yang lain adalah dalam konseling pernikahan salah satu atau kedua-duanya dari pasangan pernikahan mencari bantuan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dijumpai dalam kehidupan pernikahannya.
Masalah pokok yang dijumpai dalam kehidupan pernikahan adalah:
·               Masalah penyesuaian kepribadian.
·               Masalah-masalah khusus yang timbul dalam hubungan pernikahan itu sendiri.

C.          Konseling Keluarga

1.            Konsep Dasar Konseling Keluarga
Adapun konsep dasar dari pelayanan konseling keluarga adalah untuk membantu keluarga menjadi bahagia dan sejahtera dalam mencapai kehidupan efektif sehari-hari. Konseling keluarga merupakan suatu proses interaktif untuk membantu keluarga dalam mencapai kondisi psikologis yang serasi atau seimbang sehingga semua anggota keluarga bahagia.
2.            Fungsi dan Tujuan Konseling Keluarga

a.             Tujuan umum
Tujuan umum dari konseling keluarga pada hakikatnya merupakan layanan yang bersifat profesional yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
·          Membantu anggota keluarga belajar dan memahami bahwa dinamika keluarga merupakan hasil pengaruh hubungan antar anggota keluarga.
·     Membantu anggota keluarga dapat menerima kenyataan bahwa bila salah satu anggota keluarga mengalami masalah, dia akan dapat memberikan pengaruh, baik pada persepsi, harapan, maupun interaksi dengan anggota keluarga yang lain.
·               Upaya melaksanakan konseling keluarga kepada anggota keluarga dapat mengupayakan tumbuh dan berkembang suatu keseimbangan dalam kehidupan berumah tangga.
·               Mengembangkan rasa penghargaan diri dari seluruh anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain.
·               Membantu anggota keluarga mencapai kesehatan fisik agar fungsi keluarga menjadi maksimal.

b.            Tujuan Khusus
Tujuan khusus konseling keluarga adalah sebagai berikut:
·               Untuk meningkatkan toleransi dan dorongan antar anggota keluarga terhadap cara-cara yang istimewa atau keunggulan anggota-anggota lain.
·            Mengembangkan toleransi terhadap anggota-anggota keluarga yang mengalami frustasi/kecewa, konflik, dan rasa sedih yang terjadi karena faktor sistem keluarga atau diluar sistem keluarga.
·               Mengembangkan motif dan potensi-potensi setiap anggota keluarga dengan cara mendorong, memberi semangat, dan mengingatkan anggota tersebut.
·          Mengembangkan keberhasilan persepsi diri orang tua secara realistik dan sesuai dengan anggota-anggota lain.

D.          Konseling Pendidikan
Konseling pendidikan terdiri atas dua macam bantuan yang berbeda yaitu:
a.             Perencanaan pendidikan
Dalam perencanaan pendidikan meliputi bantuan kepada klien untuk memilih tujuan pendidikan yang tepat dan memilih macam lembaga pendidikan yang paling tepat.
b.            Bantuan remedial
Dalam konseling pendidikan, konselor pendidikan akan paling banyak menghadapi masalah instruksional. Dalam hal ini konselor harus dapat mendiagnosa masalah remidial untuk menetapkan langkah-langkah diagnose untuk membuat referral kepada spesialis remedial. Jadi ketrampilan yang harus dimiliki konselor adalah dalam diagnose dan remidiasi (batuan remedial).
Latar belakang diperlukannya konselor pendidikan:
a.           Kehidupan demokrasi: Guru tidak lagi menjadi pusat dan siswa tidak hanya menjadi peserta pasif dalam kegiatan pendidikan. Guru hanya membantu siswa untuk dapat mengambil keputusannya sendiri.
b.       Perbedaan individual: Pembelajaran yang umumnya dilakukan secara klasikal kurang memperhatikan perbedaan siswa dalam kemampuan dan cara belajarnya sehingga beberapa siswa mungkin akan mengalami kesulitan.
c.       Perkembangan norma hidup: Masyarakat berubah secara dinamis. Demikian pula dengan berbagai norma hidup yang ada di dalamnya. Setiap orang harus bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut.
d.             Masa perkembangan: Seorang individu mengalami perkembangan dalam berbagai aspek dalam dirinya dan perubahan tuntutan lingkungan terhadap dirinya. Diperlukan penyesuaian diri untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut.
e.              Perkembangan industri: Seiring dengan perkembangan teknologi yang cepat, industri juga berkembang dengan pesat. Untuk memiliki karier yang baik, siswa harus bisa mengantisipasi keadaan tersebut.

Wawancara Konseling



A.           Wawancara
Wawancara merupakan salah satu kata dalam bahasa Inggris yaitu kata interview. Menurut kamus Wikipedia, wawancara dapat diartikan sebagai percakapan antara 2 orang atau lebih yang berlangsung antara narasumber dan pewawancara untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal.

B.           Wawancara Konseling

Wawancara konseling mungkin merupakan wawancara yang paling sensitif dari seluruh bentuk wawancara. Wawancara konseling tidak akan terjadi kecuali bila ada seseorang yang merasa tidak mampu menangani sendiri problemnya dan memerlukan bantuan orang lain atau konselor yang menentukan sesi-sesi konseling yang dibutuhkan. Masalah yang dihadapi mungkin saja bersifat sangat pribadi misalnya persoalan-persoalan keuangan, seks, stabilitas emosional, kesehatan fisik, pernikahan, moral, gaya kerja atau duka cita atas kematian teman dan anggota keluarga. Konseling merupakan proses membantu seseorang untuk memperoleh pemahaman tentang masalahnya serta menemukan jalan untuk menanggulanginya.

1.            Pendekatan Dasar untuk Wawancara Konseling
a.             Konseling Directive (penyuluhan terarah)
Karakteristiknya adalah konselor mengarah langsung ke masalah, mengontrol struktur wawancara, memutuskan untuk menyelesaikan atau menghindari masalah subjek, menyusun langkah-langkah dalam wawancara dan menentukan lamanya wawancara. Konselor mengumpulkan informasi, menganalisis masalah, memberikan pendapat, memberi solusi, memberi arahan yang spesifik kepeda klien. Konselor mengatur bagaimana klien bertindak dengan tujuan untuk mengubah perilakunya agar sesuai. Diasumsikan bahwa konselor lebih mampu dibanding klien dalam memecahkan masalah.
Keuntungan konseling directive adalah:
·               Cukup mudah untuk memimpin dan mempelajarinya
·               Tidak memerlukan waktu yang banyak
·               Konselor fokus pada kepentingan masalah yang spesifik
·               Memperbolehkan konselor untuk memberikan informasi dan pedoman penting
·       Memperbolehkan konselor untuk melayani seperti penasehat ketika klien merasa segan dan tidak sanggup untuk menganalisis masalahnya atau untuk memperkirakan kemungkinan-kemungkinan solusinya.
b.            Konseling Non-directive
Karakteristiknya adalah konselor dipandang sebagai fasilitator/penolong pasif bukan sebagai ahli, konselor membantu klien memperoleh informasi, mendapat insight, menyelidiki masalah serta menganalisisnya, dan menemukan dan mengevaluasi solusinya. Konselor mendengarkan, mengobservasi, dan memberi harapan (mendorong) bukannya memaksakan ide dan solusi. Konseling berpusat pada klien, klien yang mengontrol struktur wawancara, menentukan topik apa yang akan didiskusikan, kapan mereka akan berdiskusi dan bagaimana mereka akan berdiskusi, menentukan langkah-langkah dalam diskusi serta lamanya waktu diskusi.
Diasumsikan bahwa: Setiap orang mempunyai kemampuan untuk mencapai pemecahan terbaik yang ia miliki, hanya klien yang dapat memutuskan apa yang terbaik untuknya, hal terpenting dalam konseling adalah mendengar.
Keuntungan konseling non-directive:
·       Membolehkan klien untuk mengungkapkan apa yang lebih penting untuk dirinya pada waktu yang diperlukan
·     Membolehkan klien menyampaikan informasi dengan sukarela yang mungkin saja konselor tidak memikirkan hal itu
·               Menyerahkan kepada klien untuk lebih mengontrol keputusan serta tindakannya
·      Non-directive mungkin dapat mendorong klien untuk memberikan jawaban dan komentar secara mendalam
·               Non-directive memungkinkan adanya komunikasi pada klien bahwa konselor sungguh tertarik padanya dan tidak terburu-buru untuk menerima klien lain ataupun mengerjakan tugas lainnya.
Konselor yang terdiri dari konselor akademik, konselor pada perlindungan sosial (Social Security), konselor pernikahan dan konselor kesehatan selalu menggunakan kombinasi yang tepat antara pendekatan directive dan non-directive. Contohnya, selama bagian pertama dari wawancara dengan keluarga, konselor pelayanan sosial mungkin menggunakan pendekatan directive untuk mendapatkan informasi tentang keluarga tersebut seperti usia, jenis kelamin, pendapatan, alamat, pekerjaan, masalah-malah kesehatan, dan lain-lain. Konselor mungkin pindah ke pendekatan non-directive ketika mencoba untuk menemukan masalah keluarga lalu menghadapi masalah tersebut, bagaimana anggota keluarga tersebut merasakan masalahnya, dan apakah mereka mengharapkan pelayanan sosial. Tugas yang sulit dari konselor adalah menentukan pendekatan khusus yang tepat dan merubah dari pendekatan satu ke pendekatan yang lain selama wawancara konseling.

2.            Teknik Wawancara Konseling
Darley mengajukan empat kaidah dalam wawancara konseling sebagai berikut:
a.          Dalam wawancara seorang konselor tidak memberikan ceramah, artinya konselor terlalu banyak bicara, sehingga menyita hampir seluruh waktu pertemuan dengan klien. Hal ini akan menghambat klien berbicara, klien bersifat pasif, sebagai pendengar. Konseling yang baik kegiatan berbicara ada pada klien, sehingga konselor akan banyak melakukan kegiatan mendengarkan.
b.            Dalam berbicara konselor menggunakan kata-kata sederhana yaitu kata-kata yang dapat dicerna oleh klien, dapat dipahami dan dimengerti. Dengan demikian terjadi hubungan yang baik dan komunikasi yang lancar.
c.     Dalam wawancara konselor harus merasa yakin bahwa informasinya diperlukan oleh klien, berarti mempunyai keyakinan bahwa dirinya diperlukan dan pertolongannya sangatlah dibutuhkan. Keyakinan itu akan menjadikan konselor mantab dalam memberikan bantuan kepada klien.
d.            Konselor merasakan sikap klien dalam menyelesaikan masalahnya. Hal ini berarti adanya perasaan empati dari konselor (konselor memahamai diri klien, dan klien mengerti bahwa konselornya memahami dirinya).

3.            Merencanakan Wawancara
a.             Membuat keputusan untuk melakukan konseling
Konseling berarti menginvestasi waktu, energi dan uang untuk kedua individu (konselor dan klien).
b.            Mengumpulkan fakta
Konselor harus spesifik tidak ambigu. Konselor yang baik memulai dengan fakta-fakta. Dalam mengumpulkan fakta, digunakan paradigma yang paling relevan dengan situasi tertentu. Paradigma pertama menyatakan bahwa seseorang bertanggung jawab atas masalahnya, oleh karena itu solusinya yaitu merubah orang itu. Paradigma kedua menyatakan bahwa masalah disebabkan oleh lingkungan/situasi kerja bukan karena individunya/tingkah lakunya.
c.             Meninjau kembali tujuan semula
Konseling adalah aktivitas membantu, membantu maksudnya membuat perubahan-perubahan yang harusnya terjadi pada klien. Konselor harus menginvestigasi apakah tujuannya sama/tidak dengan klien.
d.            Batasi sasaran pada tiap wawancara
Batasan itu dapat dibagi menjadi: wilayah masalah, alasan untuk berubah, alternatif perubahan, dan manfaat perubahan.
e.             Pilih struktur untuk konseling
Konselor dapat memakai konseling directive/non-directive.
f.             Rencanakan suasana yang akan di kembangkan
Suasana yang paling bermanfaat untuk konseling seperti “terbuka”, “interaktif”, dan “objektif”. Keterbukaan dikarakteristikkan dengan pengungkapan diri. Dibutuhkan saling percaya satu sama lain dan harus menjaga kerahasiaan karena orang sulit untuk terbuka. Konselor lebih baik menekankan pada fakta daripada penilaian sendiri saat mengambil kesimpulan. Hal yang juga penting yaitu menggunakan sapaan formal seperti Tuan, Nyonya, Nona, selain itu mengatur tempat duduk dan memperhatikan penampilan juga penting.
g.            Menyusun setting sehingga interaksi dapat maksimal
Setting juga merupakan penentu terjadinya interaksi. Beberapa pertimbangan utama:
·               Buat janji dengan klien dan tentukan berapa lama pertemuan akan berlangsung.
·               Pilih ruangan tersendiri, area yang nyaman dan bebas gangguan.
·               Atur perabotan yang akan membantu apakah ingin formal/informal.
·               Perhatikan pencahayaan, cahaya yang lemah cenderung membuat orang lebih terbuka.

4.            Melakukan Wawancara
Pendahuluan wawancara konseling sebaiknya memenuhi 4 hal yaitu:
a.             Membangun raport
Raport diperlukan untuk membuat klien nyaman dan menumbuhkan kepercayaan diri klien. Dapat dilakukan dengan memulai pembicaran singkat, orientasi yang bagus, hangat dan ramah. Setelah membangun raport, konselor membuat kesepakatan kerja mengenai bayaran, frekuensi sesi konseling dan tujuan klien. Beberapa hal yang dapat dilakukan agar klien mau bicara adalah:
·               Meyakinkan padanya akan kerahasiaan
·               Menunjukkan komitmen untuk membantu
·               Jujur
·               Mendengarkan dari awal
·               Tunjukkan penerimaanmu
b.            Spesifik dalam mengidentifikasi dan mengartikan masalah, tingkah laku, sikap/hubungan
Menggali lebih dalam masalah klien dengan menyelidiki dan menanyakan hal-hal yang spesifik. itu dilakukan agar klien mau membuka diri dan mengakui masalahnya. Setelah masalah diakui biasanya kemajuan dapat dibuat.
c.             Menyelidiki/mengeksplorasi persepsi klien
Menyelidiki dengan menanyakan pertanyaan yang membangkitkan kenangan dan tidak membiarkan klien menghindari topik. Jika klien meyakini suatu persepsi tanyakan apakah dia mendukung/menolaknya. Eksplorasi yang efektif dilakukan dengan terus terang, tidak menuduh dan dengan cara yang tidak berperasaan.
d.            Mendengar dan menyerap
Konselor tidak hanya mendengar tapi juga menyimak baik apa yang dikatakan klien untuk medeteksi perubahan-perubahan dalam percakapan dan ketidakkonsistenan. Setelah itu diberi pertanyaan tambahan untuk mengklarifikasi perasaan dan kesan klien. Perhatikan juga tingkah laku nonverbal karena dapat mengungkapkan hal yang disembunyikan dalam kata-kata.
e.             Menyelidiki reaksi secara penuh
Konfrontasi diperlukan dalam menyelidiki reaksi klien karena sebagian besar orang selalu ingin menutupi kesalahan yang membuat mereka tak nyaman. Wawancara non-directive akan lebih banyak mendapat feedback reaksi klien.
f.             Berorientasi pada masalah
Konseling memiliki konotasi dimana keputusan-keputusan dapat diambil. Lebih baik konselor berorientasi pada masalah daripada berorientasi pada solusi. Waktu digunakan untuk menyelidiki akar masalahnya.
g.            Membuat catatan menyeluruh
Tidak satupun orang dapat menghafal semua rincian dalam sesi konseling. Oleh karena itu disarankan untuk mencatatnya. Catatan itu dapat digunakan konselor untuk mendalami masalah klien.



5.            Menghadapi Kesulitan Tertentu
a.             Klien yang susah berbicara
Membantu klien menyaring ide dan ekspresi mereka karena sebagian besar orang kesulitan menganalisis masalah mereka sendiri. Oleh karena itu membutuhkan waktu dan banyak probing untuk mengetahui maksud dan reaksi mereka. Untuk memudahkan klien mengungkapkan masalahnya biasanya beberapa konselor membicarakan hal lain dulu sebelum masalahnya.
b.            Keinginan untuk pergi (wanting to leave)
Sebagian besar klien ingin meninggalkan situasi konseling yang menekan mereka. Untuk mencegah kepergian mereka konselor sebaiknya menunjukkan manfaat melanjutkan hubungan/konseling.
c.             Ketergantungan
Ketergantungan terjadi ketika klien berharap konselor mampu menyelesaikan masalahnya. Konselor yang menggunakan pendekatan directive tidak akan kesulitan menghadapi keinginan klien. Tapi akan bermasalah bila menggunakan pendekatan non-directive karena klien dipaksa untuk memberi solusi masalahnya sendiri.
d.            Penyangkalan
Penyangkalan harus dihadapi untuk membuat kemajuan. Penyangkalan ini dapat diatasi dengan membuktiknnya dengan tegas, menghadapinya dengan fakta-fakta dan mendorong klien pada suatu pengakuan.


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More